Selasa, 29 Oktober 2013

Struktur Anatomi dan Komponen Sistem Kekebalan




Struktur Anatomi dan Komponen 
Sistem Kekebalan



Manusia dan hewan mempunyai sistem untuk mempertahankan diri terhadap penyakit yang dikenal dengan sistem imunitas. Ada dua jenis imunitas, yaitu imunitas bawaan dan imunitas adaptif. imunitas bawaan atau imunitas nonspesifik merupakan garis pertahanan pertama terhadap semua pengganggu. Bagian utama tubuh yang berfungsi sebagai imunitas bawaan adalah kulit, air mata, dan air liur.
Jika suatu penyerbu berhasil melampaui garis pertahanan pertama, maka tubuh akan mengembangkan suatu sistem kekebalan spesifik yang sudah teradaptasi, yang disebut imunitas adaptif. Imunitas adaptif mempunyai empat sifat, yaitu:
1.      Hanya akan berfungsi jika penyerbu telah datang
2.      Bersifat spesifik artinya hanya akan menyerang penyerbu jenis tertentu saja
3.      Mempunyai kemampuan mengenali dan mengingat terus walaupun kejadian yang sama akan muncul bertahun-tahun kemudian
4.      Umumnya tidak akan menyerang komponen-komponen tubuh yang normal
Sistem kekebalan pada manusia melibatkan kerja beberapa organ, seperti pembuluh getah bening, kelenjar getah bening, amandel(tonsil), sumsum tulang, limpa hati, paru-paru, usus, dan nodua limfa.
Pembuluh getah bening mengandung cairan kental yang terdiri dari sel-sel darah putih seperti limfosit dan cairan yang mengandung lemak. Pembuluh getah bening masuk ke setiap organ tubuh, kecuali otak, sehingga limfosit dapat diambil, diangkut dan disebarkan kebagian yang memerlukannya.
Organ-organ sistem kekebalan dihubungkan antara yang satu dengan yang lain oleh jaringan pembuluh limfa sehingga disebut sistem limfatik.struktur sistem limfatik terdiri atas nodus limfa dan pembuluh limfa yang mirip dengan pembuluh darah. Sel kekebalan dan benda asing diangkut oleh cairan getah melalui pembluh ini. Pada nodus limfa terdapat tempat penghancur antigen. Komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas makrofag, limfosit, reseptor antigen, sel-sel pengangkut antigen, danantibodi.


1.     Makrofag

Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang memerankan fungsi imunitas bawaan melalui proses fagositosis. Sebelum mencerna bakteri, makrofag berusaha menjangkau bakteri dan menangkapnya dengan perpanjangan membran yang disebut pseudopodia. Sesudah terperangkap di membran, makrofag akan menelannya satu per satu baru kemudian mencernanya.
Makrofag juga mempunyai peranan penting dalam imunitas adaptif, yaitu dengan cara mengirimkan antigen pengganggu untuk dibinasakan oleh komponen-komponen lain dari sistem kekebalan adaptif. Makrofag dapat mengonsumsi partikel asing seperti debu, partikel asbes, dan organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar, misalnya didaerah paru-paru yang menerima udara dari luar.

2.    Limfosit


Limfosit merupakan sel darah putih yang khusus berfungsi untuk mengidentifikasi dan menghancurkan antigen penyerbu. Semua limfosit dibentuk di sumsum tulang, tetapi mereka mengalami penuaan di dua tempat berbeda. Limfosit yang mengalami penuaan di sumsum tulang disebut limfosit B atau sel B. Limfosit ini membuat zat antibodi yang beredar melalui darah dan cairan tubuh lain.
Limfosit T atau sel T mengalami penuaan di timus. Limfosit T yang disebut sitotoksik (sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat membinasakan sel-sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagianpermukaannya yang sudah dikenali oleh sel T sebelumnya. Limfosit T penolong mengontrol kekuatan dan kualitas dari semua respon imun. Sel-sel limfosit dewasa secara konstan bergerak sepanjang darah menuju kelenjar getah bening dan kembali ke darah lagi untuk memonitor tubuh terhadap substansi-substansi penyerbu secara terus-menerus.

3.    Reseptor antigen




Setelah dewasa, masing-masing limfosit akan membuat suatu reseptor antigen, yaitu satu struktur khusus yang berada pada bagian permukaan sel limfosit. Struktur khusus ini akan berikatan dengan struktur yang sesuai pada antigen.


4.   Sel-sel pengangkut antigen
Pada saat satu antigen masuk ke sel tubuh, maka molekul-molekul pengangkut tertentu yang ada dalam sel akan membawa antigen tersebut ke permukaan sel menuju sel-sel limfosit T. Molekul-molekul pengangkut ini dibuat oleh sekelompok gen yang disebut kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complex; MHC).


5.   Antibodi 


Antibodi terdapat di dalam darah dan cairan tubuh yang dibentuk sebagai respon sistem kekebalan terhadap Antigen asing. Antigen yang dikenli oleh sel limfosit B, limfosit T, dan Makrofag akan meramngsang pelepasan antibodi kedalam darah. Respon sel yang pertama terhadap antibodi adalah pembentukan antibodi Igm oleh sel, setelah itu baru pembentukan antibodi tipe lain seperti IgG, IgA, IgD dan IgE.
a.      IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen, contohnya jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus i, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi anti tetanus IgM (respons antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
b.     IgG adalah jenis antibodi, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus ii (booster), maka 5-7 kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer. IgG di temukan di dalam darah dan jaringan.
c.       IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran penceranaan, hidung, mata, paru-paru dan ASI).
d.     IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi cepat).
e.      IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya di mengerti.
Zat antibodi menghentikan aktivitas antigen penyebab penyakit dengan cara sebgai berikut:
a.      Menetralisir; mengikat antigen dan mencegahnya agar tidak memengaruhi aktivitas sel-sel normal.
b.      Opsonisasi; menyiapkan antigen agar dapat dicerna oleh makrofag dengan cara melapisi permukaan antigen dengan antibodi.
c.       Fiksasi komplemen; melubangi dan menghancurkan membran sel bakteri oleh antibodi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template Design By:
SkinCorner